Wajarkah jika kita ingin kaya? Bahkan tak sekedar kaya, melainkan kaya raya? Mobil mewah, pasangan tampan atau cantik, uang melimpah, dan akses tak terbatas ke segala impian kita.
Ada sebuah tebak-tebakan lucu di sebuah tutup botol minuman kemasan yang masih saya ingat hingga hari ini. Pertanyaannya: Siapakah anak kecil yang paling suka minta-minta?
Di balik tutup botol itu, tertera jawaban: Nobita! Bagaimana bisa? Dengarkan lagu pembuka serial Doraemon di televisi: Aku ingin begini, Aku ingin begitu, Ingin ini itu banyak sekali.
Kalau anda tidak tertawa, bagaimana lagi. Toh, itu tebak-tebakan ringan dan tidak perlu anda pikirkan secara serius. Namun, kita bisa berkaca dari peristiwa kecil itu. Anda paham maksudnya?
Kita semua adalah Nobita. Banyak sekali keinginan kita, dan walaupun terkabulkan, tetap saja masih kurang dan masih terus kurang.
Baik, satu ilustrasi lagi.
Suatu ketika, ada seorang laki-laki yang datang menemui gurunya. Ia berkata,"Guru, mengapa istriku tak secantik dulu lagi saat pertama kali bertemu? Dan mengapa wanita lain selalu terlihat lebih cantik daripada istriku?"
Dengan tenangnya, guru itu menjawab,"Walau kau kawini semua perempuan cantik di muka bumi, kau akan tetap menganggap seekor monyet jauh lebih cantik daripada istri-istrimu." Dan si lelaki pun terdiam merenungkan jawaban gurunya.
Cobalah ceritakan kepada orang-orang terdekat anda apa inti dari dua ilustrasi itu. Minta pendapat mereka. Secepat kilat, kita pasti bisa menebak arahnya: Bersyukur! Anda tentu bisa menganggap rasa syukur itu seperti lagu atau puji-pujian yang sering kita dengar.
Rasa syukur adalah fokus pada apa yang kita miliki. Sementara lawan kata dari itu adalah rakus, yaitu terlalu besar angan-angan kita kepada hal-hal yang belum kita miliki. Sekali lagi, kesuksesan itu milik anda, bukan sesuatu yang bukan milik anda.
Rumusnya sederhana dan jika anda tahu, cukup mengejutkan: TRANS!
Terima - Rasakan - Amati - Nikmati - Syukuri
Terima, tak ada lagi yang bisa mewakili rasa penerimaan seperti ketika anda menerima bayi yang baru lahir ke buaian anda. Bagaimana perasaan itu? Sebagus atau seburuk apapun, bukankah anda akan tetap menimangnya dengan berlinang air mata haru? Ya, seperti itulah makna Terima.
Rasakan. Rasa tak bisa didefinisikan meskipun bisa anda ceritakan. Bisakah anda mendefinisikan secara presisi rasa secangkir kopi? Seperti minum kopi, sesaplah apapun itu yang ada di kehidupan anda.
Amati. Banyak di antara kita yang berhenti pada rasa. Sekarang, coba amati rasa itu seperti apa dan bagaimana. Saya menyesal, saya putus asa, saya sedih, saya gembira? Itu bagus, sekarang amati bagaimana rasa sedih dan bahagia itu bekerja dalam diri anda. Anda tidak lagi menjadi korban rasa sedih atau gembira itu. Sebaliknya, anda kini adalah pengamat dan peneliti rasa anda sendiri!
Nikmati. Banyak motivator yang selalu menyuruh anda untuk tetap berpikir positif, untuk jangan bersedih, untuk jangan marah, dan sebagainya tanpa pernah memberi solusi apapun. Jika anda perlu bersedih, menangislah. Jika anda perlu marah, marahlah. Namun anda harus ingat satu hal: anda bisa sedih, marah, menangis, karena apa? Jelas karena anda masih hidup. Anda hidup karena apa? masih ada detak jantung dan helaan nafas keluar masuk di tubuh anda. Semua itu nikmat luar biasa. Saking nikmatnya, terkadang tak terasa. Pernah anda berpikir saat menikmati hidangan makan anda? Pernahkah anda berpikir saat jatuh cinta? itulah nikmati, artinya sesuatu yang sudah anda alami, hanya saja anda melewatkannya begitu saja. Kali ini, sadarilah dan rasakan bedanya.
Syukuri. Bersyukur itu sederhana, dan terkadang beberapa quotes membingungkan kita. Hanya ada dua ungkapan yang bisa mewakili rasa syukur: Maaf dan Terima Kasih! Sudahkah anda meminta maaf dan berterima kasih kepada orang-orang di sekitar anda? Kepada udara, cahaya matahari, makanan, jalanan, dan semua yang anda temui dengan panca indera anda?
Jika TRANS sering anda praktikkan, minimal satu kali saja setiap hari, maka anda siap bergerak menuju langkah berikutnya dalam Kecerdasan Kosmis.
0 komentar:
Posting Komentar