Jumat, 01 Desember 2023

Kontemplasi Senikmat Tidur Bayi



Hidup damai adalah cita-cita hampir seluruh umat manusia. Mari kesampingkan mereka yang memang gemar berperang, bertikai, dan berkonflik terus-menerus sepanjang hidupnya. 

Saya ingat kisah teman saya, seorang aktor teater dan rekan diskusi yang mengasyikkan. Pada saat Hari Perdamaian Internasional, ia dan teman-temannya sesama pegiat teater dan seni pertunjukan tengah mendiskusikan secara serius pertunjukan apa yang paling sesuai dengan tema perdamaian. 

Dasar teman saya agak nakal, ia bertanya balik kepada teman-temannya. Memangnya kalian tahu apa itu damai? Dan konsep-konsep perdamaian pun berhamburan dari mulut setiap orang, lengkap dengan rencana pertunjukannya. 

Saya yakin, pertanyaan ini sungguh-sungguh relatif jawabannya jika saya tanyakan kepada anda. Sudah bisa diduga, tak ada kesepakatan mengenai apa itu damai dan apa sesungguhnya pertunjukan yang bisa dipentaskan untuk mewakili kata mulia itu. Satu-satunya kesepakatan akhirnya, mereka pentas dengan ide perdamaian di kepala masing-masing juga. 

Ada yang berpuisi, ada yang berorasi, ada yang mengirim pesan damai dengan membagi-bagikan bunga, ada yang melepas merpati, ada yang diam, dan macam-macam. Lalu, saya bertanya kepada dia,"Terus, kamu ngapain?" 

Dia tertawa sebentar, lalu menjawab, "Gue tidur. Habis perkara." Gilanya, dia menunjukkan fotonya yang memang tidur berselimut sleeping bag dan benar-benar di tengah jalan (area khusus pedestrian).

"Apa hubungannya damai dengan aksi kamu itu?" 

"Lho, puncak damai itu apa? Ya tidur. Puisi, orasi, seminar, pantomim, yaa bukannya saya merendahkan mereka. dengan segala hormat, semua itu masih menyisakan konflik. Lihat saja orang tidur, sekeras apapun kehidupan mereka, saat terlelap ya damai." Saya melongo dan tertawa. Sableng ini bocah. Tapi ia benar. 

Di kemudian hari, saya merenungkan kembali kisah itu. Tidur saja masih kurang afdhol untuk dikatakan lambang perdamaian. Satu tingkat di atas sekedar tidur, damai di atas damai,  adalah tidurnya bayi! Itu baru damai!

Jika anda memiliki bayi di rumah, perhatikan bagaimana ia tidur. Anda bisa cari di internet apabila anda masih belum memiliki bayi. Perhatikan dan amati dengan seksama. 

Di mata orang dewasa seperti kita, tidurnya bayi sesungguhnya mencerminkan kedamaian luar biasa. Wajah polosnya, terkadang suka senyum-senyum sendiri, dan seakan-akan ia tidak mengkhawatirkan apapun dalam hidupnya saat ini maupun kelak. 

Bisakah kita kembali menemukan kedamaian seperti yang pernah kita rasakan belasan atau bahkan puluhan tahun lalu? 

Para ahli spiritual maupun para motivator sering menyarankan untuk meditasi atau kontemplasi, atau dalam bahasa kita, rileks! Rileks atau santai, seperti ilustrasi di atas, bukanlah mencari akar persoalan, solusi, dan lain-lainnya. Rileks itu tidur, tidurnya bayi.


0 komentar:

Posting Komentar